Pengangguran di Jawa Barat Tinggi, Pemerintah Kurang Perhatikan UMKM dan TPT

Pengangguran di Jawa Barat Tinggi, Pemerintah Kurang Perhatikan UMKM dan TPT
Ekonom Universitas Pasundan Bandung, Acuviarta saat memberikan pemaparan dalam diskusi perekonomian,(MI/BAYU ANGGORO)

PEMERINTAH diminta lebih memberi perhatian terhadap sektor padat karya untuk mengantisipasi semakin bertambahnya PHK di Jawa Barat.

Sejumlah sektor seperti usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan alas kaki diyakini menjadi penyumbang terbesar serapan tenaga kerja dibanding sektor-sektor lainnya.

Ekonom Universitas Pasundan Bandung, Acuviarta, menjelaskan, selama ini pemerintah sering melupakan sektor-sektor tersebut padahal serapan tenaga kerjanya termasuk besar. Seharusnya sektor tersebut dirawat sehingga kinerjanya bisa terus maksimal yang berujung terhadap serapan tenaga kerja.

Selama ini, lanjut dia, pemerintah daerah seperti Pemerintah Provinsi Jawa Barat terlalu membicarakan industri besar yang justru serapan tenaga kerjanya sedikit.

“Betul investasi di industri ini besar, seperti kendaraan bermotor, elektronik, telekomunikasi. Ini investasinya besar, tapi kan padat teknologi, berapa banyak serapan tenaga kerjanya,” kata Acuviarta dalam diskusi perekonomian terkait ancaman PHK dan bertambahnya pengangguran di Jawa Barat, di Bandung, Selasa (23/9) malam.

Menurut dia, tidak heran jika jumlah pengangguran di Jawa Barat tetap besar meskipun dalam realisasi investasi selalu menjadi yang tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data BPS pada Februari 2025, jumlah pengangguran di Jawa Barat mencapai 1,8 juta jiwa atau 24,83%.

“Di Jawa Timur, penganggurannya 12%. Maka dari itu, pemerintah daerah seharusnya  tidak melupakan sektor perdagangan dan TPT yang terbukti serapan tenaga kerjanya tinggi,” tandasnya.

Seharusnya, lanjut Acuviarta, pemerintah memberi perhatian lebih terhadap sektor-sektor tersebut. Sebagai contoh, industri TPT dan alas kaki bisa mendapat insentif pajak untuk menambah daya saing.

Dengan begitu, keberlanjutan industri bisa berjalan baik yang tentunya juga berdampak terhadap tenaga kerja.

“Jangan terlalu membesar-besarkan BYD, padahal serapan tenaga kerjanya kecil,” katanya.

Pada sektor UMKM, dia menyontohkan pentingnya membuat etalase baru di Bandung yang menjadi daerah kunjungan wisatawan.

“Kalau ke Bali, orang-orang kan datangnya ke Krishna (pusat oleh-oleh). Di Jogja (Yogyakarta), orang datangnya ke Malioboro. Harusnya di Bandung juga dibuat yang seperti itu,” katanya.

Selain itu, yang memberi kontribusi besar terhadap serapan tenaga kerja adalah sektor pertanian. Pemerintah harus mendorong agar sektor pertanian menjadi lebih baik dan terus tumbuh.

“Perkuat hilirisasi pertanian. Saya heran, di kita banyak sarjana pertanian, tapi pada ke mana,” katanya.

[OTOMOTIFKU]