
RASA takut biasanya menjadi cara alami manusia untuk melindungi diri dari ancaman. Saat takut, tubuh kita akan siaga, detak jantung meningkat, dan adrenalin terpacu.
Namun, ada orang dengan penyakit langka yang sama sekali tidak bisa merasa takut. Mereka bisa menghadapi situasi berbahaya tanpa cemas, seolah rasa takut dihapus dari hidupnya.
Kehidupan Tanpa Rasa Takut
Kondisi langka ini dialami Jordy Cernik, pria asal Inggris yang menjalani operasi pengangkatan kelenjar adrenal. Operasi tersebut dilakukan untuk mengurangi kecemasan berlebihan akibat sindrom Cushing.
Penyakit langka yang ia miliki membuat hormon stres dalam tubuh meningkat tajam. Namun, setelah operasi, Jordy justru kehilangan rasa takut.
Saat menaiki roller coaster di Disneyland, tubuhnya tetap tenang. Bahkan ketika mencoba terjun payung, meluncur dengan zipline, hingga menuruni gedung tinggi, ia tidak merasakan degup jantung yang biasanya muncul karena rasa takut.
Kasus Genetik yang Langka
Selain kasus operasi sindrom Cushing, ada juga penyakit genetik bernama Urbach-Wiethe yang membuat penderitanya kehilangan rasa takut. Kondisi ini sangat jarang terjadi, hanya sekitar 400 orang pernah didiagnosis di seluruh dunia.
Salah satu pasien terkenal adalah seorang perempuan bernama SM, yang diteliti di Universitas Iowa sejak 1980-an. Para ilmuwan mencoba menakutinya dengan berbagai cara, termasuk menonton film horor.
“Kami mengeksposnya pada ancaman nyata seperti ular dan laba-laba. Namun, ia tidak hanya menunjukkan rasa takut yang nyata, ia juga tak kuasa menahan diri untuk mendekati mereka,” kata Feinstein, ahli saraf klinis di Float Research Collective.
Peran Amigdala dalam Ketakutan
Penyakit genetik seperti Urbach-Wiethe menghancurkan bagian otak bernama amigdala, pusat pengolah rasa takut. Amigdala yang berbentuk kecil menyerupai almond ini berfungsi mengatur respons manusia terhadap ancaman. Jika bagian ini rusak, tubuh tidak lagi mampu merespons bahaya dengan tepat.
Hal ini terlihat pada kasus SM. Ia tidak bisa mengenali wajah orang yang ketakutan dan nyaman dengan jarak sosial yang sangat dekat, membuatnya kerap berada dalam situasi berisiko. Namun, penelitian menunjukkan rasa takut tidak sepenuhnya hilang. Saat menghirup udara dengan kadar karbon dioksida tinggi, SM justru mengalami kepanikan hebat.
Berbagai Jenis Ketakutan
Temuan Feinstein membuktikan ada dua jalur ketakutan dalam otak manusia. Amigdala berperan saat menghadapi ancaman dari luar (eksternal), sedangkan batang otak, wilayah yang mengatur fungsi tubuh bawah sadar seperti bernapas, berperan saat tubuh merasa terancam dari dalam (internal).
Misalnya, amigdala aktif saat menghadapi pencuri atau hewan buas. Namun, ketika tubuh merasakan ancaman internal seperti kekurangan oksigen, batang otak yang memicu rasa panik.
Pentingnya Rasa Takut dalam Evolusi
Ketakutan adalah cara penting untuk bertahan hidup. Semua hewan vertebrata memiliki amigdala sebagai pengatur respons terhadap bahaya. Tanpa rasa takut, hewan cenderung nekat dan cepat mati di alam liar.
Namun, kasus SM menunjukkan manusia masih bisa hidup lama tanpa amigdala. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah rasa takut masih sepenting dulu di kehidupan modern.
Rasa takut kini justru memicu stres dan kecemasan berlebihan. Tetapi, secara evolusi, rasa takut tetap membantu manusia menghindari situasi berbahaya. (BBC/Z-2)
[OTOMOTIFKU]