Perkuat Ketahanan Pangan Keluarga melalui Lahan Pekarangan

Perkuat Ketahanan Pangan Keluarga melalui Lahan Pekarangan
(MI)

KELOMPOK Wanita Tani (KWT) di Kelurahan Kedaung, Depok, didorong untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga melalui pemanfaatan lahan pekarangan. Dengan bimbingan intensif dari para akademisi UPN Veteran Jakarta berkolaborasi dengan Universitas Sahid Jakarta, KWT diajak mengoptimalkan lahan kosong di sekitar rumah menjadi sumber bahan pangan yang berkelanjutan. Ini merupakan upaya mendukung program Kampung Caraka (Cerdas Ramah Keluarga) yang dicanangkan pemerintah kota.

Bentuk kegiatan yang dilaksanakan sangat beragam dan komprehensif. Dimulai dengan pelatihan dasar bercocok tanam, para peserta diberikan pengetahuan praktis mengenai teknik menanam yang efektif di lahan terbatas. Selain itu, mereka diajarkan cara membuat pupuk organik mandiri dengan memanfaatkan sampah organik dan sisa makanan rumah tangga, langkah strategis untuk mengurangi limbah sekaligus menekan biaya produksi.

Untuk memastikan keberlanjutan program, tim pelaksana yang dipimpin Ibnu Malkan Bakhrul Ilmi juga menyediakan berbagai fasilitas penunjang. Rumah pembibitan didirikan untuk memfasilitasi proses penanaman bibit secara massal. Peralatan pertanian dasar, pupuk, dan bibit tanaman juga disediakan agar KWT dapat memulai aktivitasnya tanpa kendala. Tidak hanya itu, kolam ikan dibuat untuk menambah variasi sumber protein bagi warga.

“Setelah beberapa bulan berjalan, kerja keras para anggota KWT mulai membuahkan hasil yang nyata. Berbagai jenis sayuran dan buah-buahan berhasil dipanen, seperti daun singkong, terong, pepaya, kacang panjang, singkong, cabai, kangkung, bayam, hingga timun suri,” tutur Ibnu dalam keterangan tertulis, Senin (22/9). Keberhasilan ini tidak hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga bukti bahwa program pendampingan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) mampu memberikan dampak positif yang signifikan.

Yang menarik, hasil panen ini tidak hanya dimanfaatkan untuk konsumsi pribadi. Sebagai wujud kepedulian sosial, sebagian hasil panen tersebut dibagikan kepada keluarga yang memiliki bayi dan balita. Langkah ini diambil untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi mereka, terutama dalam upaya pencegahan stunting. Program ini tidak hanya menciptakan kemandirian pangan, tetapi juga membangun solidaritas sosial di lingkungan masyarakat.

Sementara itu, sisa hasil panen yang lain dijual untuk keperluan operasional. Dana yang terkumpul dari penjualan ini digunakan kembali untuk membeli bibit, pupuk, serta bahan bakar yang diperlukan untuk kegiatan pertanian. Dengan demikian, program ini dapat berjalan secara mandiri dan berkelanjutan, tidak lagi bergantung sepenuhnya pada bantuan hibah. (I-2)

 

[OTOMOTIFKU]