
SUASANA duka menyelimuti keluarga besar almarhum Irawan, 46, salah satu korban longsor tambang bawah tanah Grasberg Block Cave PT Freeport Indonesia, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Peristiwa yang terjadi pada Senin, 8 September 2025, itu merenggut nyawa Irawan.
Jenazah tiba di rumah duka di Perumahan Griya Permai, Desa Kalisabuk, Kecamatan Kesugihan, Minggu (21/9) pukul 00.30 WIB. Jasad korban diantar melalui jalur darat setelah mendarat di Yogyakarta International Airport (YIA) Kulonprogo. Setibanya di rumah, jenazah yang sudah terbungkus dalam peti rapat itu langsung disalatkan oleh keluarga, kerabat, dan tetangga.
Pada pagi harinya, sekitar pukul 09.30 WIB, jenazah diberangkatkan ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Taman Firdaus, Gumelar Kulon, berjarak sekitar dua kilometer dari rumah duka. Istri korban, Dwi Saptorini, dan dua anaknya tak kuasa menahan tangis ketika prosesi pemakaman berlangsung.
Tetangga almarhum, Mohammad Taufik Hidayatullah mengatakan bahwa kedatangan jenazah berlangsung tengah malam. “Jenazahnya datang semalam sekitar jam 00.30 WIB. Kemudian dibawa ke rumah dan disalatkan oleh keluarga dan teman-teman,” ujarnya.
Menurut Taufik, keluarga korban sempat diberangkatkan ke Papua setelah kabar musibah diterima. Namun ia tidak mengetahui secara pasti dari mana informasi awal itu disampaikan. “Keluarganya langsung ke Papua ketika proses evakuasi dilakukan,” jelasnya.
Sementara itu, kakak kandung korban, Sigit Wahyudi, mengaku awalnya mengetahui kabar longsor dari media sosial.
“Kami pertama kali dengar musibah longsor itu lewat Facebook. Belum tahu kalau adik saya jadi korban. Setelah saya cari informasi, ternyata benar adik saya ikut jadi korban,” tuturnya.
Sigit menjelaskan, adiknya bekerja sebagai teknisi elektronik di tambang Freeport sejak sekitar sembilan tahun lalu, meski sempat pindah perusahaan sebelum akhirnya kembali bekerja di tambang.
Meski berat, Sigit mengaku ikhlas. Ia menyadari betul resiko pekerjaan di sektor pertambangan.
“Ya gimana lagi, sudah risiko kerja tambang kaya gitu, pasrah saja,” ungkapnya.
Bagi keluarga, Irawan dikenal sebagai sosok pendiam, religius, dan ringan tangan. Ia kerap membantu masjid maupun musala di sekitar lingkungan.
“Orangnya baik, pendiam, suka beribadah, dan suka membantu masjid dan musala. Kalau kurban (Idul Adha) biasanya diam-diam, langsung saja berkurban. Tahun ini dia juga sudah bilang mau kurban lagi, tapi belum sempat, keburu kecelakaan terjadi,” katanya. (LD/E-4)
[OTOMOTIFKU]