
Menjelang Muktamar ke-10 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang akan digelar pada 27-29 September 2025 di Hotel Mercure, Ancol, para tokoh senior partai menyerukan agar forum tertinggi partai tersebut berjalan kondusif, menjaga persatuan, dan menghasilkan keputusan terbaik untuk kejayaan PPP di Pemilu 2029.
Politisi senior PPP Ali Hardi Kiaidemak menegaskan bahwa muktamar harus menjadi ajang konsolidasi, bukan konflik. Ia menyampaikan sedikitnya enam pesan moral kepada para peserta muktamar.
“Pertama, muktamar ke-10 ini harus mencapai hasil maksimal demi kebesaran PPP pada 2029. Kedua, menjaga ukhuwah di antara peserta agar tidak muncul hal-hal yang merusak citra partai,” ujar Ali dikutip dari siaran pers, Jumat (26/9).
Ia juga menekankan pentingnya merangkul semua potensi kader dalam menyusun kepengurusan baru dengan menempatkan the right man on the right place.
Selain itu, para peserta diharapkan mengedepankan musyawarah mufakat serta menghindari konflik, baik internal maupun hukum, yang berpotensi mencoreng nama baik partai.
“Intinya menjaga agar PPP tetap solid dan besar menuju 2029,” tutur Ali.
Dia juga berharap setelah muktamar tidak ada lagi friksi antara kubu pemenang dan yang kalah. “Kita harapkan muktamar kali ini tidak menyisakan konflik berkepanjangan. PPP harus solid demi masa depan,” kata Ali.
Para senior PPP juga menyampaikan Pernyataan Sikap hasil pertemuan mereka pada 25 September 2025 di Jakarta. Dalam pernyataan itu, para senior menyerukan agar Muktamar X berlangsung aman, damai, tertib, bebas dari politik uang, serta mengedepankan musyawarah mufakat.
Mereka juga mengingatkan pentingnya menjaga rekam jejak, akuntabilitas, kredibilitas, moralitas, dan nilai ideologis kader PPP dalam menyusun kepengurusan periode 2025-2030.
“Seruan moral ini lahir dari kecintaan mendalam kami pada PPP agar partai ini tetap solid, bersatu, dan kembali berjaya di Pemilu 2029,” demikian bunyi pernyataan yang ditandatangani sejumlah tokoh senior PPP, di antaranya Ali Hardi Kiai Demak, Endin AJ Sofhihara, Lukman Hakiem, Imam Suhardjo, Syahrial Agamas, Achmad Farial, Irgan Chairul Mahfiz, Syaiful Tamliha, Rahman Yacob, Fernita, dan Ngudi Astuti.
Diketahui sebelumnya, PPP pernah memiliki rekam jejak tidak baik dan terjadi dualisme kepemimpinan pada Muktamar lalu. Di mana terdapat kubu Djan Faridz dan kubu Rommy. Harapannya hal serupa tidak kembali terjadi di Muktamar kali ini.
[OTOMOTIFKU]