
SEBANYAK tujuh orang siswa di SMAN 15 Jakarta diduga mengalami keracunan usai menyantap makan bergizi gratis (MBG) pada Selasa (23/8). Tiga diantaranya Dilarikan ke Rumah sakit.
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S Deyang membenarkan informasi tersebut. Ia mengatakan, para siswa mengalami gejala mual usai makan makanan bergizi gratis.
“Itu tujuh orang, tiga orang di RSUD, empat orang di UKS. Gejalanya apa? Mual-mual, sakit perut aja,” kata dia saat dihubungi, Selasa (23/9).
Ia mengaku, pada saat kejadian, kepala satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) terkait sudah mendatangi rumah sakit yang menangani para siswa yang diduga keracunan itu pada Selasa siang.
Selanjutnya, para siswa yang sempat dirawat itu disebut sudah diperbolehkan pulang ke rumahnya masing-masing.
“Yang di RSUD pulang, yang di UKS pulang. Tinggal satu orang ketemu, dan juga itu mau pulang,” ujar Nanik.
Lebih lanjut, Nanik menjelaskan, makanan yang didistribusikan di SMAN 15 Jakarta dimasak oleh para petugas di SPPG kawasan Sunter, Jakarta Utara.
SPPG itu disebut memasak 3.499 porsi makanan dengan menu mi, ayam suwir, dan buah semangka, pada hari ini. Sebanyak 641 porsi di antaranya didistribusikan ke SMAN 15 Jakarta.
Ia mengatakan, berdasarkan laporan yang diterimanya, menu makan yang didistribusikan sudah sempat dimakan untuk sarapan oleh para petugas di dapur sebelum didistribusikan.
Menurut dia, tidak ada gejala apapun yang dirasakan para petugas usai menyantap makanan tersebut.
“Kami tidak menafikan, bukan karena, oh kecil segitu, tidak menafikan. Tapi tentu menjadi perhatian kami. Ini kan masih simpang siur. Apakah benar karena makan MBG atau yang lain?” ujar dia.
Kendari demikian, Nanik menambahkan, pihaknya tetap mengambil sampel makanan untuk diuji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Menurut dia, hasil uji laboratorium itu kemungkinan baru bisa diketahui selama tiga hingga tujuh hari.
“Yang jelas, alhamdulillah, yang diduga kena racun atau apa namanya, yang korban yang tujuh orang itu, sudah pulang semua dari tadi siang pukul 1 (siang),” ujar dia.
Ia menyebutkan, SPPG terkait masih akan tetap beroperasi melayani para penerima manfaat pada esok hari. Pasalnya, informasi mengenai dugaan keracunan itu masih belum diketahui pasti penyebabnya. Menurut dia, operasional SPPG baru akan dihentikan sementara ketika sudah ada status kejadian luar biasa (KLB) atau penyebab gejala yang dialami para siswa itu adalah karena MBG.
“Iya, nanti menunggu hasil uji lab. Misalnya keracunan itu, pasti langsung kita tutuplah. Itu tindakan kita. Termasuk SPPG-nya kan kita nonaktifkan,” kata dia.
Diketahui, kasus dugaan keracunan akibat MBG di Jakarta ini bukan yang kali pertama terjadi.
Berdasarkan data BGN, kasus serupa juga pernah terjadi di SPPG Pancoran Kalibata, Jakarta Selatan, pada 29 Agustus 2025, yang mengakibatkan tiga orang terdampak.
Selain itu, kasus dugaan keracunan juga terjadi di SPPG Khusus Koja, Jakarta Utara, yang mengakibatkan 14 orang terdampak.(H-2)
[OTOMOTIFKU]