Temukan Air Limbah di Selokan, DLH Dampingi SPPG untuk Pengolahan Limbah

Temukan Air Limbah di Selokan, DLH Dampingi SPPG untuk Pengolahan Limbah
Warga memperlihatkan selokan yang diduga tercemar limbah dapur MBG di Kelurahan Larangan, Kota Cirebon.(MI/Nurul Hidayah)

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cirebon menemukan masih ada air limbah dari dapur MBG Rajawali Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Harjamukti. 

“Dari hasil peninjauan, kami menemukan masih terdapat aliran air limbah yang mengalir ke saluran umum tanpa melalui proses pengolahan yang sesuai standar,” tutur  Kepala Bidang Penataan dan Pengawasan Lingkungan Hidup, DLH Kota Cirebon, Andi Riskiyanto, Rabu (1/10). Kondisi ini yang kemudian memicu menyebarkannya bau dari saluran drainase atau selokan seperti yang dikeluhkan warga. 

Dijelaskan Andi, pihak SPPG sebenarnya sudah berupaya mengelola limbah yang mereka hasilkan diantaranya dengan membuat bak penampungan dan penyedotan tiap minggu. Namun sistem ini ternyata belum maksimal dan masih perlu dilakukan pembenahan. 

Pihak SPPG sendiri sudah menyatakan kesiapan mereka untuk membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sesuai dengan arahan dari DLH Kota Cirebon. 

Sementara itu Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Pertama DLH Kota Cirebon, Dinarlianti, menjelaskan bahwa SPPG Harjamukti telah memiliki empat bak pengendapan. “Namun kapasitasnya belum mencukupi,” tuturnya. Ini dikarenakan, air limbah yang dihasilkan lebih banyak dari kapasitas bak. 

Untuk mengatasinya, pihak SPPG sebenarnya telah rutin melakukan penyedotan. “Namun biaya operasionalnya tinggi. Sehingga kami arahkan agar dilakukan pengujian karakteristik limbah terlebih dahulu,” tutur Dinar. 

Mengacu pada Permen LH No 11 tahun 2025 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik menyebutkan bahwa limbah yang mengandung minyak dan lemak harus melalui beberapa tahap. Mulai dari grease trap, bak ekualisasi, bak aerobic hingga desinfeksi dan filtrasi. “Kalau pengolahan dilakukan sesuai standar, hasilnya akan memenuhi baku mutu dan aman dibuang ke lingkungan,” tutur Dinar. 

Sementara itu, perwakilan Yayasan Pesarean Buyut Kilayaman, Deni menyampaikan, saat ini pihaknya sedang mengambil sampel limbah untuk dilakukan uji laboratorium sebagai tahap awal perbaikan sistem pengolahan. “Kami sedang ambil sampel untuk diuji. Setelah hasilnya keluar, baru kami bisa menentukan skema pengolahan. Apakah dilakukan di dalam, perlu bak tambahan, atau sistem grease trap yang diperbaiki. Semua akan mengikuti arahan DLH,” jelas Deni.

Deni juga mengungkapkan bahwa operasional MBG masih berjalan dengan catatan utama, agar tidak ada limbah yang keluar ke lingkungan sebelum diolah dengan benar. (H-1) 


 

 

 

[OTOMOTIFKU]