Terobosan Baru, Obat Baxdrostat Bisa Jadi Harapan untuk Pasien Hipertensi Resisten

Terobosan Baru, Obat Baxdrostat Bisa Jadi Harapan untuk Pasien Hipertensi Resisten
Ilustrasi(Freepik)

TEKANAN darah tinggi alias hipertensi masih menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia. Bahkan, banyak pasien yang tekanan darahnya tetap tinggi meski telah mengonsumsi tiga jenis obat atau bahkan lebih. Kondisi ini dikenal sebagai hipertensi resisten. Baru-baru ini, sebuah penelitian internasional menguji obat baru bernama Baxdrostat. Obat ini dinilai mampu memberikan harapan baru bagi pasien dengan kondisi tersebut.

Harapan Baru bagi Pasien

Baxdrostat dirancang untuk orang yang tekanan darahnya masih di atas target normal meski sudah mengonsumsi kombinasi obat standar. Kondisi ini berbahaya karena dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, hingga gagal ginjal.

Salah satu penyebab utama hipertensi resisten adalah hormon aldosteron yang memicu ginjal menahan garam dan cairan sehingga tekanan darah meningkat. Baxdrostat bekerja dengan menghambat enzim pembentuk aldosteron, sehingga kadar hormon tersebut menurun tanpa mengganggu hormon lain yang penting, seperti kortisol.

Selama itu, dokter memang menggunakan obat penghambat reseptor mineralokortikoid untuk melemahkan efek aldosteron. Namun, obat-obatan tersebut sering menimbulkan efek samping berupa kadar kalium yang terlalu tinggi. Baxdrostat diharapkan dapat menjadi alternatif yang lebih aman.

Hasil Uji Klinis BaxHTN

Bukti terbaru datang dari uji global BaxHTN yang menguji dua dosis Baxdrostat (1 mg dan 2 mg) dibandingkan dengan plasebo selama 12 minggu. Peserta penelitiannya adalah orang dewasa dengan tekanan darah sistolik 140–170 mmHg saat duduk, meski sudah minum obat standar.

Hasil penelitian setelah 12 minggu menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik yang cukup berarti:

  • Dosis 1 mg: rata-rata turun 8,7 mmHg
  • Dosis 2 mg: rata-rata turun 9,8 mmHg

Penurunan hampir 10 mmHg dianggap signifikan, khususnya pada pasien yang selama ini sulit mencapai tekanan darah normal.

Meski demikian, efek samping tetap ada. Beberapa pasien mengalami hiperkalemia atau peningkatan kadar kalium dalam darah. Namun, kondisi tersebut dapat ditangani melalui pemantauan medis yang ketat.

Dibandingkan Studi Sebelumnya

Sebelum BaxHTN, uji BrigHTN fase 2 menunjukkan Baxdrostat membantu pasien hipertensi resisten. Data ini mendorong dilakukannya penelitian fase 3.

Sebaliknya, uji HALO fase 2 pada pasien hipertensi tidak terkontrol gagal menunjukkan perbedaan signifikan dengan plasebo dalam 8 minggu. Hal itu dikaitkan dengan efek plasebo yang kuat dan masalah kepatuhan. 

Belajar dari pengalaman tersebut, penelitian BaxHTN dilakukan dengan pengawasan lebih ketat, durasi lebih lama, dan melibatkan kelompok pasien yang lebih beragam.

Potensi Menjadi Terobosan

Menurut para peneliti, setiap penurunan tekanan darah sistolik, meski hanya sedikit, dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular jangka panjang. Oleh karena itu, Baxdrostat dipandang sebagai obat dengan potensi besar.

“Menurunkan hampir 10 mmHg pada pasien dengan hipertensi resisten merupakan pencapaian yang sangat berarti,” ujar Prof. Bryan Williams, Ketua Departemen Kedokteran University College London sekaligus peneliti utama.

Obat ini dikonsumsi sekali sehari sehingga lebih praktis bagi pasien yang sudah terbebani banyak obat. Jika kelak disetujui, Baxdrostat kemungkinan akan digunakan sebagai tambahan terapi, bukan sebagai pengganti obat yang sudah ada.

Meskipun uji klinis lanjutan masih diperlukan untuk memastikan manfaat jangka panjang, hasil penelitian ini telah dipublikasikan di The New England Journal of Medicine. (Earth.com/Z-1)

[OTOMOTIFKU]