USK Edukasi Anak PAUD dan Petani Nilam di Lhoong Aceh Besar Membuat Parfum

USK Edukasi Anak PAUD dan Petani Nilam di Lhoong Aceh Besar Membuat Parfum
Tim akademisi Universitas Syiah Kuala (USK), memberikan pelatihan meracik minyak nilam menjadi parfum.(MI/Amiruddin Abdullah Reubee)

TIM akademisi Universitas Syiah Kuala (USK), melakukan pembelajaran holistik tentang tanaman atau minyak nilam kepada anak PAUD (Pendidikan Usia Dini) Bungong Kupula, Gampong (Desa) Umong Seuribee, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar, pada Senin (22/9). Mereka mengedukasi mengajari guru, siswa dan kaum perempuan petani nilam setempat. 

Mereka diperkenalkan manfaat, kegunaan dan cara meracik minyak nilam untuk menjadi parfum atau bahan lainnya. Tim akademisi itu berasal dari beragam disiplin ilmu dan berbagai bidang. 

Masing-masing adalah Gracia Mandira, dari Departemen PG PAUD FKIP, Yudha Nurdin, dari Teknik Komputer, Dewi Suryani Sentosa, dari Program Studi Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Berikutnya adalah Cantika Dwi Riski, dari bidang Kimia, dan mahasiswa PG-PAUD, Khansa Laina Adsyadza dan mahasiswa Prodi Ekonomi Islam, Zaidan Shadiq.

Ini merupakan bagian dari program BIMA Kemendiktisaintek (Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi). Tujuannya mendorong integrasi keilmuan untuk menjawab persoalan masyarakat secara nyata.

“Kami ingin menunjukkan bahwa pendidikan anak usia dini tidak berdiri sendiri. Anak-anak dapat belajar tentang lingkungan sekitarnya. Sedangkan orang tua mereka memperoleh keterampilan baru untuk meningkatkan ekonomi keluarga” tutur Gracia Mandira, seorang anggota tim pemateri, Selasa (23/9). 

Desa Umong Seuribee adalah sebuah perkampungan pedalaman dengan kekayaan potensi nilamnya melimpah. Sebagian warga petani nilam setempat mendapat binaan dan bekerjasama dengan USK melalui Atsiri Research Center (ARC) nilam Aceh.

Minyak nilam Aceh telah lama diakui sebagai yang terbaik di dunia, dengan kegunaan luas pada industri parfum, kosmetik, toiletries, hingga obat herbal. Hasil produksi nilam Aceh dipasok ke berbagai negara Eropa termasuk Prancis. 

 

Apalagi sekarang Indonesia menyuplai hingga 90% kebutuhan minyak nilam dunia. Sekitar 30% di antaranya diproduksi petani di Aceh. “Potensi nilam Aceh sangat luar biasa” kata Gracia Mandira. 

Akademisi yang juga Dosen USK lainnya, Cantika Dwi Riski, mengatakan masyarakat petani nilam perlu belajar cara meracik parfum dari menyak nilam. Itu untukendapat nilai dari hasil produksi tersebut. 

“Tanpa inovasi dan keterampilan tambahan, masyarakat akan sulit memperoleh nilai tambah dari apa yang mereka hasilkan. Karena itu, kami mengajarkan cara sederhana meracik parfum dari nilam” jelas Cantika Dewi Riski. 

Kegiatan belajar berinovasi itu dilakukan dengan interaktif atau saling saling tanya jawab langsung dua arah. Sedangkan anak-anak PAUD mendengarkan kisah edukatif dari buku berjudul Daun Nilam si Penjaga Ajaib untuk Aroma Wangi.

Para peserta dewasa yang umumnya petani nilam setempat, tekun menyimak dan mengikuti pelatihan tentang tanaman bahan baku kosmetik itu. Merekapun banyak diajari tentang manajemen keuangan keluarga. 

Di antara yang sangat menarik lagi berkesan menurut mereka adalah, ketika anak-anak dan orang tua mereka serta para guru ikut meracik parfum nilam bersama-sama. 

“Ini pengalaman yang belum pernah kami dapatkan sebelumnya. Kami merasa bangga bisa menciptakan produk dari hasil pertanian kami sendirisendiri,” kata  seorang ibu dengan wajah senang.

Pemateri manajemen keuangan, Dewi, menekankan bahwa aspek literasi keuangan sama pentingnya dengan keterampilan teknis. “Petani sering menghadapi tantangan dalam menjaga hasil panen agar tidak cepat habis. Dengan pengetahuan pengelolaan keuangan dan investasi, mereka bisa menyiapkan masa depan yang lebih stabil. Literasi keuangan adalah fondasi kemandirian” ukar Dewi Suryani. 

Geucik (Kepala Desa) Umong Seuribee, Hajrin, menyampaikan terima kasih atas pelajaran yang mereka dapatkan dari tim akademisi USK. 

“Kami berterima kasih kepada Universitas Syiah Kuala yang telah membawa program bermanfaat bagi masyarakat. Bagi kami, khususnya petani perempuan, kegiatan ini membuka jalan baru untuk mengelola hasil pertanian dengan lebih baik” kata Hajirin.  (E-2)

 

[OTOMOTIFKU]